Minggu, 11 April 2010

Tikus Terbesar di Dunia

TIKUS TERBESAR DI DUNIA

Oleh : Elisa Iswandono

Tikus raksasa yang ukurannya terbesar di dunia ini dalam bahasa inggris dikenal dengan nama Flores Giant Rat. Orang Manggarai – Flores mengenalnya dengan nama betu dan sebagian orang Manggarai yang lain menyebutnya dengan nama tupai. Nama tupai dihubungkan dengan kemampuan tikus raksasa ini untuk memanjat pohon dan melompat.

Menurut Jentink (1982), tikus betu ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Rodentia
Famili : Muridae
Genus : Papagomys
Spesies : Papagomys armandvillei (Jentink, 1892)

Tikus betu (Papagomys armandvillei) dapat ditemui di seluruh wilayah pulau Flores Provinsi Nusa Tenggara Timur. Dapat ditemui di berbagai habitat hutan dataran rendah hingga pegunungan yang memiliki ketinggian 1.500 m dpl baik di dalam kawasan konservasi maupun di hutan yang bukan kawasan konservasi. Tikus betu (Papagomys armandvillei) laju reproduksinya rendah sebagaimana dijumpai pada hewan pengerat besar lainnya sehingga menjadi salah satu faktor resiko mengalami kepunahan.
Selain di dalam kawasan hutan betu juga dapat ditemui di kebun-kebun milik masyarakat dan dianggap sebagai hama tanaman pertanian (Departemen Kehutanan, 1995). Masyarakat Manggarai biasa berburu tikus ini untuk mendapatkan dagingnya yang menurut masyarakat lebih enak daripada daging babi hutan. Perburuan biasa dilakukan pada malam hari dengan menggunakan anjing terutama pada saat malam bulan purnama. Keberadaan tikus ini di kebun masyarakat diduga karena melimpahnya jumlah makanan di kebun masyarakat daripada di dalam hutan.
Betu dianggap sebagai spesies purba yang keberadaan fosilnya diketahui sejak jaman Pleistosen (Trainor dan Lesmana, 2000). Spesies satu genus lainnya yang hidup di Flores adalah Papagomys theodorverhoeveni hanya dapat diketahui dari penemuan subfossil yang diperkirakan hidup sekitar 3.000 sampai dengan 4.000 tahun yang lalu yang diasumsikan punah namun diduga masih hidup di Flores (Baillie, 1996).
Status Konservasi
Papagomys armandvillei tidak termasuk hewan dilindungi menurut undang-undang konservasi di Indonesia, namun demikian karena keberadaannya yang unik dan endemis dikatagorikan rentan (vulnerable) menurut IUCN.

Morfologi
Tikus raksasa yang dapat ditemui di wilayah Flores, ukuran panjang dari kepala dan badannya adalah 41 – 45 cm dan panjang ekor 33 – 70 cm. ukuran tikus ini diperkirakan 2 kali panjang brown rat (Rattus novergicus) yang panjang tubuhnya 25 cm dan ekor 15 cm (Wikipedia, 2008). Musser (1981) mendeskripsikan tikus ini sebagai tikus yang memiliki telinga kecil, bulat, tubuh lonjong bulat besar dan ekor relative pendek dan ini merupakan adaptasi tikus raksasa ini untuk hidup di tanah. Memiliki bulu yang gelap rapat. Analisis gigi yang dilakukan menunjukkan bahwa tikus ini memakan daun-daunan, buah-buahan dan sebagian kecil insekta yang terlihat dari susunan gigi hypsodont yang luas.

Perilaku Bersarang
Tikus betu membuat tempat berlindung sekaligus juga merupakan tempat bersarang pada tebing-tebing yang terjal/curam yang cukup sulit untuk dilalui manusia. Sarang yang digunakan merupakan lubang batu alami ataupun dengan membuat sendiri atau menggali tanah pada tebing terjal. Perilaku membuat sarang ini mungkin dilakukan untuk menghindari perusakan sarang yang acap kali dilakukan oleh masyarakat dalam perburuan betu.
Pada kegiatan inventarisasi tikus betu yang dilakukan tim Balai Besar KSDA NTT Tahun 2009 di Taman Wisata Alam (TWA) Ruteng Kab. Manggarai Provinsi NTT dicoba dilakukan pembongkaran sarang lubang batu alami dan sarang tanah yang digali atau dibuat sendiri oleh betu. Di dalam sarang ditemukan sebuah ruang kosong yang cukup besar yang dapat dimasuki oleh satu orang dewasa dan dan di dalam ruangan besar ini ditemukan 4 buah lubang betu.

Perilaku makan
Di dalam hutan TWA Ruteng ditemukan bahwa betu memakan daun-daunan jenis pohon hutan dari spesies, yaitu: lokom (Syzygium lineatum), giro (Saurauia verheyenii), sirek (Septogarcinia sumbawana), tepotai (Geniostoma rupestre) dan lempa rae. Jenis tumbuhan bawah, yaitu: sensus (Eupatorium inolifolium), nangker (Angiopteris evecta), tesek (Monochoria vaginalis), wiko (Procis, sp), tikel (Asplenium nidus), kocir (Elastotema sesquifolium), Cences (Ageratum conyzoides), legi (Paspalum conjugatum), lintep (Urena lobata), tongkak (Centella asiatica), lencing (Boehmeria sp), paku (Asplenium sp), cences dan kayu wangi. Selain daun-daunan dan tumbuhan bawah juga memakan kulit kayu dari spesies: pohon wuhar (Cryptocarya densiflora), rukus (Adinandra javanica) dan Ndingar (Cinnamomum burmanii), kaliandra (Calliandra colothryrsus). Pada wilayah hutan yang masih rapat betu bukan merupakan hama masyarakat dan tidak mencari makan keluar hutan sedangkan pada wilayah hutan yang sudah rusak betu merupakan hama bagi masyarakat sekitar hutan yang memakan kacang, ubi jalar, ubi kayu, jagung dan pisang (Elisa Iswandono, 2009).

DAFTAR PUSTAKA

Baillie (1996). Papagomys armandvillei. 2006. IUCN Red List of Threatened Species. IUCN 2006. Retrieved on May 2006. List as Vulnerable (VU B1+2c v2.3).

Departemen Kehutanan. 1995. Rencana Pengelolaan Taman Wisata Alam ruteng Tahun 1995 sampai dengan 2020. Departemen Kehutanan. Jakarta.

Musser, G.G. 1981. The Giant Rat Flores and its Relatives East of Borneo and Bali. Bulletin on The American Museum of natural History 169:67-176.

Trainor C, Lesmana D, 2000. Exploding Vocanoes, Unique Birds, Gigantic Rats and Elegant Ikat. WWf Indonesia. Bogor.

Wikipedia – Free encyclopedia, Flores Giant Rat – diakses tanggal 12 September 2008.

1 komentar:

  1. Good..
    Kirimkan yang banyak-banyak lagi pak tulisannya.
    Yang ini bener" bagus pak. :-)

    BalasHapus